Diary
untuk Sang Jodoh
Kini aku telah menjalani usia yang
ke-24 tahun, aku sedang menjalani S2 di Universitas Negeri impianku. Selama itu
pula aku tetap menjaga pandanganku dan hatiku kepada lelaki yang bukan
mahramku. Aku akan tetap menunggu pemilik tulang rusuk yang ada di dalam
tubuhku ini. Tulang rusuk yang di amanahkan Allah agar tetap ku jaga karena dia
merupakan jodoh dunia akhiratku.
Ku lihat diary mungil yang terletak
di atas mejaku. Diary yang khusus aku tuliskan dengan indahnya untuk sang kekasih
halalku kelak. Ku raih diary itu dan mulailah aku menarikan penaku di atasnya.
Dear jodoh,,,,
Dimana pun kamu berada dan siapa pun kamu, aku selalu percaya kalau kamulah yang terbaik yang dikirimkan sang Rabb untukku. Sang kekasih yang tak tahu dimana keberadaannya, aku di sini masih menunggu kehadiranmu dan terus mendoakanmu agar segera menghalalkanku. Semoga Allah memberikan jalan terbaik untuk kita berdua.
Dimana pun kamu berada dan siapa pun kamu, aku selalu percaya kalau kamulah yang terbaik yang dikirimkan sang Rabb untukku. Sang kekasih yang tak tahu dimana keberadaannya, aku di sini masih menunggu kehadiranmu dan terus mendoakanmu agar segera menghalalkanku. Semoga Allah memberikan jalan terbaik untuk kita berdua.
Buku diary yang awalnya lembaran itu
kosong dan bersih. Kini telah ternodai dengan tinta-tinta penaku dengan
rangkaian kata yang indah. Rangkaian kata indah yang ku tulis dengan penuh
kasih sayang dan juga dengan penuh harapan ia juga akan menjaga pandangannya
kepada wanita-wanita yang bukan mahramnya dan akan tetap berusaha serta berdoa
agar segera menghalalkanku. Walaupun kami belumlah saling mengenal untuk saat
ini. Namun, aku selalu percaya Allah akan mempertemukanku dengan dia yang baik
dan juga dengan cara yang baik.
Setelah selesai, aku pun segera
pergi ke kampus. Dengan wajah yang tetap memancarkan semangat yang luar biasa
dan berharap kalau semuanya akan berjalan dengan baik tanpa ada rasa kekecewaan
ataupun penyesalan karena sesuatu yang akan terjadi nanti.
Setiap kali aku berjalan melewati
lorong demi lorong untuk menuju ruanganku, ada saja lelaki yang mengucapkan
salam padaku dan menebarkan pesona mereka, tetapi aku akan tetap menjaga hati
dan pandanganku. Namun, tak lupa untuk menjawab salam mereka karena mengucapkan
salam hukumnya wajib. Sambil melangkah, hatiku seolah-olah berkata tanpa ada ku
perintah untuk berbicara mengenai ini.
“Untukmu
sang kekasih halalku kelak, aku mohon jagalah pandanganmu kepada siapapun
wanita yang bukan mahrammu karena aku pun juga seperti itu. Tetaplah menunggu
kehadiranku di waktu dan tempat yang telah Allah takdirkan untuk kita berdua,”
kata hatiku
Akhirnya, aku sampai di ruangan. Aku
pun segera duduk di kursi paling depan agar aku dapat lebih mengerti pelajaran
yang disampaikan dosenku nanti.
Selain menjalani masa S2 ini, aku
juga mengajar di sekolah SMA Negeri A. Di sana aku mendapatkan keluarga baru
yang membuatku mampu berkarya dan membimbing mereka yang ku harap kelak mereka
mampu menjadi insan pembangun bangsa yang berkarakter. Setiap sesampai rumah,
aku selalu menyempatkan diri untuk menulis.
Dear Jodoh,,,
Aku masih disini, masih menunggumu bersama dengan doa yang selalu ku utarakan pada Allah untuk setiap kebaikan dan kelancaran untuk apapun yang kamu lakukan demi menghalalkanku. Semoga Allah mengiringi setiap langkahmu, ku harap kamulah jodoh dunia akhiratku. Aamiin
Aku masih disini, masih menunggumu bersama dengan doa yang selalu ku utarakan pada Allah untuk setiap kebaikan dan kelancaran untuk apapun yang kamu lakukan demi menghalalkanku. Semoga Allah mengiringi setiap langkahmu, ku harap kamulah jodoh dunia akhiratku. Aamiin
Hari ini merupakan hari istimewa
wanita terhebatku. Aku sudah mengumpulkan uang untuk membelikan kado terindah
untuknya yaitu mukena yang terukir indah yang memang sudah aku rencanakan akan
aku beli setelah uangku terkumpul. Dan aku juga sudah memesan kue yang indah
nan lezat untuk bunda tercinta. Namun, semuanya hancur. Aku terjatuh tersandung
batu kecil yang benar-benar membuatku merasa kecewa dan serasa kalau usahaku
untuk mengumpulkan uang sia-sia. Kue yang telah di tanganku kini telah terjatuh
dan mengenai mukena indah ibuku. Kue hancur dan mukena ternodai oleh mentega
warna-warni kue.
Aku pun menangis, tetapi seseorang
memberikan sapu tangannya kepadaku. Namun, aku hanya menunduk tanpa melihat
siapa dia. Ketika mendengar dia berkata, seolah aku mengenal suaranya dan
hatiku berdetak dengan kencang saat ini.
“Ini ambil,” kata dia
“Ini ambil,” kata dia
Aku pun mengangkat kepalaku dan
memberanikan untuk melihatnya. Ternyata, dia adalah teman semasa S1 ku dulu.
Teman yang selalu ada untukku dan sempat menyatakan cinta padaku hingga
memintaku untuk menunggunya.
2
Tahun lalu
Di sebuah taman, seseorang lelaki
menghampiriku dan duduk di sebalahku. Seseorang yang selalu membuat jantungku
berdetak tidak seperti biasanya.
“Ka,” katanya memulai
membicaraan
“Iya,” jawabku dengan menundukan pandanganku
“Sebelum terlambat dan sebelum kita akan pergi meraih impian kita masing-masing, aku ingin berkata sesuatu kepadamu. Aku tidak bisa lagi memendam perasaan ini, perasaanku kepadamu. Aku tahu kalau kamu tidak akan mungkin mau menerima cintaku saat ini. Dan aku mohon tunggu aku hingga nanti telah Allah tentukan di saat yang tepat dengan waktu yang tepat pula. Aku mohon Rika. Aku janji akan menjemputmu di saat yang tepat,” kata Diki temanku
“Iya,” jawabku dengan menundukan pandanganku
“Sebelum terlambat dan sebelum kita akan pergi meraih impian kita masing-masing, aku ingin berkata sesuatu kepadamu. Aku tidak bisa lagi memendam perasaan ini, perasaanku kepadamu. Aku tahu kalau kamu tidak akan mungkin mau menerima cintaku saat ini. Dan aku mohon tunggu aku hingga nanti telah Allah tentukan di saat yang tepat dengan waktu yang tepat pula. Aku mohon Rika. Aku janji akan menjemputmu di saat yang tepat,” kata Diki temanku
Aku hanya menunduk mendengarnya
berkata seperti itu. Perkataan yang membuatku ketakutan akan jatuh cinta kepada
orang yang tidak tepat, aku takut kalau nanti aku tidak bisa menjaga
pandanganku dan juga hatiku. Aku takut menyakiti perasaan jodohku kelak.
“Terserah kamu! Tetapi aku akan kembali Ka, untukmu. Aku pergi ya,” katanya yang pergi meninggalkanku tanpa membawa respont balasan dariku
“Terserah kamu! Tetapi aku akan kembali Ka, untukmu. Aku pergi ya,” katanya yang pergi meninggalkanku tanpa membawa respont balasan dariku
Masih teringat jelas akan kisah dua
tahun lalu. Sudah hampir dua tahun itu pula, aku tak berjumpa dengannya dan
selama itu pula aku tak ada berkomunikasi dengannya. Tetapi, atas seizin Allah,
Dia mempertemukan kami di tempat ini.
“Rika, alhamdulillah.
Akhirnya, Allah izinkan kita untuk bertemu lagi,” katanya dengan wajah bahagia
“Diki, bagaimana kabar kamu?,” tanyaku
“Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja. Kamu jugakan?”
“Diki, bagaimana kabar kamu?,” tanyaku
“Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja. Kamu jugakan?”
Aku hanya menunduk karena keadaanku
saat ini lagi sedih. Melihat ekspresiku yang seperti itu. Diki pun merasa
kebingungan.
“Ka, kamu kenapa?,”
tanyanya
“Hari ini bundaku ulang tahun ki, tapi kuenya sudah hancur dan mukena yang ku belikan untuknya juga sudah kotor,” jelasku kepadanya
“Ya sudah kita beli lagi kuenya dan kalau masalah mukena, itukan bisa kita bersihkan,” katanya memberikan solusi kepadaku
“Dan masalahnya uang ku tidaklah cukup untuk membeli kue lagi”
“Kan ada aku”
“Tidak! Tidak!”
“Ka, aku mohon ambil ya! Kali ini saja ikuti keinginanku”
“Tapi ki”
“Ya sudah kalau nanti kamu sudah ada uang kamu ganti uang aku. Nah, pakai!,” katanya sambil memberika uang kepadaku
“Terima kasih ya,” sambungku dengan senyum
“Hari ini bundaku ulang tahun ki, tapi kuenya sudah hancur dan mukena yang ku belikan untuknya juga sudah kotor,” jelasku kepadanya
“Ya sudah kita beli lagi kuenya dan kalau masalah mukena, itukan bisa kita bersihkan,” katanya memberikan solusi kepadaku
“Dan masalahnya uang ku tidaklah cukup untuk membeli kue lagi”
“Kan ada aku”
“Tidak! Tidak!”
“Ka, aku mohon ambil ya! Kali ini saja ikuti keinginanku”
“Tapi ki”
“Ya sudah kalau nanti kamu sudah ada uang kamu ganti uang aku. Nah, pakai!,” katanya sambil memberika uang kepadaku
“Terima kasih ya,” sambungku dengan senyum
Entah mengapa jantungku masih saja
berdetak dengan kencang saat di dekatnya. Hal ini belum pernah aku rasakan
kepada siapapun kecuali dia. Dia yang mampu membuatku nyaman dan tenang.
“Ya Allah, aku masih menunggu jodohku hingga detik ini dan berpacu dengan rangkaian doa di sujudku serta rangkaian kata di diaryku. Jika dia yang ada di sampingku ini adalah jodohku, aku mohon jadikan dia imam yang senantiasa menuntunku untu selalu menuju jalan-Mu Ya Rabb,” kataku dalam hati
“Ya Allah, aku masih menunggu jodohku hingga detik ini dan berpacu dengan rangkaian doa di sujudku serta rangkaian kata di diaryku. Jika dia yang ada di sampingku ini adalah jodohku, aku mohon jadikan dia imam yang senantiasa menuntunku untu selalu menuju jalan-Mu Ya Rabb,” kataku dalam hati
Seiring
dengan berjalannya waktu, esok aku akan di wisuda untuk meraih gelar M.Pd ku.
Gelar yang ku harapkan akan hadir di belakang namaku dan esok akan menjadi
kenyataan dalam hidupku. Aku sangat bahagia dan berharap orang tuaku juga
bahagia karena putri mereka telah meraih pendidikannya dengan lancar karena doa
yang tak pernah putus untukku. Di hari bahagia itu pula, seseorang membawa
keluarganya untuk berjumpa dengan orang tuaku dengan alasan ingin melamarku.
Aku sangat bahagia karena dia ingin menghalalkanku dan memberanikan diri untuk
membawa orang tuanya dan bertemu dengan orang tuaku. Aku benar-benar terharu
melihatnya dan merasa kagum dengan apa yang sudah dia lakukan di hari ini. Sungguh,
ini takkan terlupakan.
Dia yang melamarku adalah seseorang
yang pernah memintaku untuk menunggunya
dan akan menjemputku di waktu yang tepat. Aku tidak percaya kalau dia akan
membuktikan janjinya itu. Padahal, kejadian itu adalah 2 tahun silam.
Kini aku dan dia telah menjadi
sepasang kekasih halal. Dia yang senantiasa menuntunku menuju jalan yang
diridhoi Allah. Di hari yang indah ini, aku pun mulai mengambil diary kecilku
dan menulisnya dengan pena hitamku agar kejadian ini terukir indah di diary
ini.
Dear diary
Hari ini aku telah menemukan dia, dia yang selalu aku ceritakan kepada Allah agar tetap menjaganya dan juga menuliskan tentang dia kepadamu diary. Kini dia telah menjadi suamiku. Suami yang senantiasa menuntunku menuju jalan-Nya. Aku bahagia, karena kini impianku jadi kenyataan. Setiap doa yang dia ucapkan selalu aku aamiinkan, shalat berjamaah dengan membentangkan sajadahku dan dia, membaca al-qur’an serta melakukan hal-hal baik bersamanya. Ya Rabb, aku mohon semoga hubungan kami ini akan tetap abadi hingga di surga-Mu nanti. Tetap jadikan dia imam untukku, bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat kelak!
Hari ini aku telah menemukan dia, dia yang selalu aku ceritakan kepada Allah agar tetap menjaganya dan juga menuliskan tentang dia kepadamu diary. Kini dia telah menjadi suamiku. Suami yang senantiasa menuntunku menuju jalan-Nya. Aku bahagia, karena kini impianku jadi kenyataan. Setiap doa yang dia ucapkan selalu aku aamiinkan, shalat berjamaah dengan membentangkan sajadahku dan dia, membaca al-qur’an serta melakukan hal-hal baik bersamanya. Ya Rabb, aku mohon semoga hubungan kami ini akan tetap abadi hingga di surga-Mu nanti. Tetap jadikan dia imam untukku, bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat kelak!
“Sayang, apa yang kamu tulis?,” tanyanya yang
tiba-tiba telah ada di sampingku
“Dulu sebelum aku menemukanmu, aku selalu menuliskan tentangmu di diary ini. Aku selalu menunggumu dan berharap segera kamu jemput. Dan aku berjanji jika nanti aku dan kamu telah dipersatukan oleh Allah di saat yang tepat, aku akan menunjukan diary ini sama kamu, suamiku. Bacalah!,” kataku memberika diary ku kepadanya
“Dulu sebelum aku menemukanmu, aku selalu menuliskan tentangmu di diary ini. Aku selalu menunggumu dan berharap segera kamu jemput. Dan aku berjanji jika nanti aku dan kamu telah dipersatukan oleh Allah di saat yang tepat, aku akan menunjukan diary ini sama kamu, suamiku. Bacalah!,” kataku memberika diary ku kepadanya
Dia pun membaca rangkaian kata yang
aku tulis selama ini tentang bagaimana cara aku menunggunya dan harapanku
tentangnya. Ketika dia membaca, aku menatapnya dalam-dalam dengan penuh rasa
syukur karena Allah telah mengirimkanku sosok lelaki sebaik dia untuk menjadi
imamku. Tanpa sadar, aku melihatnya meneteskan air mata ketika membaca lemaran
demi lembaran diary itu. Aku pun menghapus tetesan air matanya. Dengan perasaan
yang lembut, dia memelukku dengan erat seolah takut kehilanganku.
“Aku mencintaimu karena
Allah, istriku. Tetaplah di sini! Temani hari-hariku untuk menuju jalan-Nya,”
katanya tepat di telingaku
“Aku juga mencintaimu karena Allah, suamiku. Teruslah bimbing aku untuk meraih surga-Nya! Ajari aku untuk semakin dekat dengan-Nya!,” jawabku membalas perkataannya
Kami pun sama-sama untuk terus berjalan menuju setiap hal
yang diridhoi-Nya dan berharap kelak dialah pangeran syurgaku juga. Jodoh dunia
akhiratku
“Aku juga mencintaimu karena Allah, suamiku. Teruslah bimbing aku untuk meraih surga-Nya! Ajari aku untuk semakin dekat dengan-Nya!,” jawabku membalas perkataannya