Kamis, 16 November 2017

Dear Amvuase


Aku menulis ini tanpa ada rekayasa, sahabat setiap kata yg ku rangkai tentang kalian di halaman ini adalah benar apa adanya.
Aku berterimakasih dengan Allah yang mampu mempertemukan kita dengan segala perbedaan yg mingkin sulit untuk dipersatukan, but aku masih tidak menyangka seiring berjalannya waktu perkenalan awal berubah menjadi persahabatan diantara kita.
Aku ingin mendeskripsikan tentang kita *Amvuase* = *wanita teliti* tapi bohonh deng wkwk
Pertama dari wanita berhijab hijau tosca, dia wanita cantik nan polos, dia merasa nyaman dan mampu berkata2 jika bersama kalian atau dengan kata lain tidak tidak canggung atau malu berekspresi dengan kalian, dia wanita yg juga gampang percaya sama banyak orang termasuk kalian, tetapi karna itu dia sering di tipu atau dimanfaati sama banyak orang, ku harap kalian bukan salah satu dari mereka. Dia wanita yg tak mudah sakit hati karena mungkin hatinya sudah kadaluarsa, dia juga wanita yg mudah ngantuk ku harap kalain paham akan kekurangannya yg satu ini, dia orang yg paling pelupa sampai sampai dia sering kehilangan, ku harap dia juga tidak kehilangan kalian karena dia lupa tentang persahabatnnya dengan kalian, dia wanita yg suka toleder atau mudah jatuh saat berjalan padahal sepatunya tak bertumit, tetapi ku harap kalian menggandeng tangannya agar dia tak keseringan terjatuh, walaupun begitu jiwanya tak pernah mudah jatuh karena dia pantang menyerah dan dia orang yg dlfokus pada tujuan didepan, dia juga orang yg kadang sering mengutamakan prioritas yaitu tugas, padahal di balik perkataan itu, dia bukanlah orang yg seperti itu, bukan orang yg panikan juga, bahkan dia sempat melihat layar hp untuk mengecek sosial media, tidur lebih awal atau jarang buat bergadang seperti yg kalian lakukan, bahkan dia juga masih sempat menonton, dan juga merangkai kata2 slaah satunya seperti ini. Pahamilah dia memiliki keterbatasan bahkan kelurangannya juga banyak, tetapi Allah menutupinya. Terimakasih kalian paham dan mengerti akan segala keterbatasannya.

Kedua wanita berhijab biru dongker, dia orang yg paling shaleh diantara kita, dia orang yg tak pernah mengeluh dengan keadaan, tetapi terkadang dia juga pasti ngebatin, dia juga wanita yg strong because agendanya banyak sekali, dia orang yg paling ramah sampai2 kenalannya sana-sini, dia memang sedikit pelit, but dia ingin membuat kita menjadi lebih dewasa, dia orang yg jago buat video menjadi sangat keren dan sampai sampai dia pernah menang ajang perlombaan video pendek, dia juga orang yg benar apa adanya, dia orang yang berjuang di tanah rantau tanpa menyusahkan orang tuanya, dia orang yg juga suka heboh. Dia juga tak sempurna banyak sekali kekurangan pada dirinya tetapi dia selalu memperbaikinya untuk menjadi lebih baik lagi, dia juga orang yg aktif berorganisasi. Terima kasih kalian telah menganggapnya kepercayaan (sahabat kalain)

Ketiga wanita berselempang dengan bacaan *princess papa* sulit menerka tentang dirinya tapi banyak yg aku ketahui darinya, dia orang yg tidak bisa melihat orang lain dalam kesedihan, dia orang yang mudah tersinggung, so hati2 kalau bicara dengannya, dia orang yg suka selengekan atau suka jerit2 tak menentu, dia orang yg suka puisi dengan puisi dia mampu menuliskan perasaannya, dia bahagia banget because kemarin dia menjadi penulis puisi terpilih, puisinya bakalan di muat di buku, beli ya. Puisinya bagus banget, di jamin kalian pasti pengen foto dan juga minta ttdnya saat kalian mulai membaca puisinya itu *maaf agak lebay* , next, dia sering menganggap kalau dirinya adalah princess papa because hanya seorang ayah yg  menggap diri kita adalah princess *mungkin untuk saat ini* karena pangeran akan datang orang yg selalu mengganggap kita princessnya yaitu *jodoh kita kelak*. dia orang yg kalau bicara suka sambil nangis atau matanya kek mau nangis, dan kalau vn suaranya pelan kali padahal kalau aslinya suaranya itu paling melengking. Banyak kekuranggannya dan juga kelebigannya tetapi Tuhan menutupi kekurangannyan menunjukkan segala kelebihannya. Terima kasih karena kalian menerima dia tanpa memandang kekurangan dan kelemahannya.

Keempat wanita berjilbab coklat, dia wanita yg tangguh layaknua karang, dia wanita yg pedenya keterlaluan, dia wanita yg mungkin bisa dikatakan ada unsur keabang2an pada jiwanya, dia orang yg suka   berdagang, dialah ug mengajarkan kami berjualan, menghadapi orang2 dengan ramah dan senyum untuk menawarkan donat, gorengan, maupun keripik walaupun banyak yg menolak, but dia yg menyemangati hingga dagangan habis terjual, orang yg selalu kami rusuhi makan siangnya, orang yg benar2 tahan banting because dia selalu pulang balik dari tanjung morawa ke medan, dia juga selalu jadi ojek kami buat anter pulang, dia sering terlambat, dia orang yg hidupnya santai saat deadline tugas masih lama dan keter saat deadline mulai mendekat, dia orang yg gak pernah ambil pusing, dia orang yg super jail banget tapi sayangnya luar biasa sama kami, dia selalu mengangkap suaranyalah yg tercantik, padahal aku sering mual2 karena mendengarnya bernyanyi wkwk. Terimakasih karena kalian menerima kekurangan dan kelebihannya apa adanya. 

Yang terakhir,  wanita bekucir satu, dia adalah wanita pebisnis, jiwanya benar2 lelaki tapi walaupun begitu hatinya bisa mellow juga layaknya wanita dan juga dia punya pacar kok yg berjenis kelamin laki2, dia sedikit keras, dia santai, menghadapi hidup layaknya bagai air yg mengalir, dia suka mencoba hal hal baru, dia juga sama kek cici aktif berorganisasi, makanannya itu beras mahal wkwk yaitu beras merah, tapi kalau dikasih bubur dia juga pasti di makan kok wkwk, dia juga sering telat padahal jarak kampus ke kostnya dekat banget, dia jarang pulang gak seperti rizka, cici, linda yg masih kemarok dengan kata pulang, dia benar2 kuat menahan rindu hingga 6 bulan dengan orang tuanya, jiwanya abang2 tapi dia agak romantis, dia ramah,  dia sering numpang2 mandi di kost orang because air di kostnya sering mati, sekrang dia dah mulai suka berdrama mungkin karena dia mau masuk UKM teater (semangat Agatha). Terima kasih kalian menerimanya dengan setulus hati tanpa ada alasan sedikit pun. 

Tanah rantau mempersatukan kita, mungkin kalau waktu itu aku tidak memilih Unimed, aku tidak bisa mendapatkan teman seperti kalian dengan keegoisannya masing2 tetapi masih bisa menahan itu semua, masih bisa mengalahkan ego itu. 
Aku berterima kasih pada Allah because Dia hadirkan kalian di tengah2 perjuangan yg teramat hebat ini, aku tahu rasa rindu selalu hadir tentang suasana dan orang2 di kampung halamanku, tetapi kalian membuatku tertawa tanpa ada rasa sedih walaupun ku tahu rasa rindu itu takkan pernah hilang . Terima kasih untuk segalanya, untuk setiap langkah yg kita arungi bersama, untuk setiap penghiburan saat aku bersedih, untuk setiap semangat saat aku mulai patah, untuk setiap solusi saat aku mulai buntu, untuk setiap nasihat saat aku mulai salah, untuk setiap apapun itu. Terima kasih. Dan untuk kata maaf, maaf jika selama ini aku merepotkan kalian, maaf jika aku terlalu tertutup because gak semuanya harus kalian ketahui tentang setiap hal yg aku rasakan terutama tentang kesedihanku, tetapi kebahagian takkab pernah lupa aku bagi pada kalian karena kalianlah salah satu kebahagianku. Maaf jika selama ini aku juga jarang untuk paham tentang kalian. Maaf jika kekuranganku membuat kalian menjadi susah. 

Sahabat, dari kalian aku memahami ikatan keluarga tanpa darah.
Terima kasih tellah membuatku mengerti tentang itu dengan hadirnya kalian ditengah2ku.
I Love you Amvuase.

























Sabtu, 28 Oktober 2017

Maaf dan Terima Kasih

Untuk kalian para teman, sahabat, atau bahkan keluargaku walaupun kita tak sedarah.
Teruntuk kalian ku mohon tetap tegur aku di saat aku mulai melakukan kesalahan, bimbing aku di saat aku mulai terjerumus dalam hal yang membuatku melakukan dosa, dan tetaplah begitu sampai nanti kita bisa sama-sama meraih surga-Nya. Karena itulah tujuan awal kita.
Aku sulit secara langsung untuk mengatakan hal ini kepada kalian karena aku hanya bisa bercerita tentang kalian di dalam tulisan ini
Melalui postingan ini aku mau bilang kata maaf dan terima kasih
Maaf jika selama ini aku terlalu banyak berbuat salah, but terima kasih kalian selalu memaafkan diri ini dan bahkan tak pernah berpikir untuk pergi dariku
Maaf jika selama ini aku selalu membuat kalian kesal, but terimakasih kalian selalu meredamkan rasa kesal itu dan tak pernah menjauh
Maaf jika selama ini aku selalu banyak membantah atau apapun yang membuat kalian memarahi aku, but terima kasih kalian menugurku tanpa banyak orang lain tahu kesalahan tentangku
Maaf jika selama ini kalian ku jadikan tempat pelampiasan keluh kesahku, but terima kasih kalian bersedia mendengarkan semua itu
Maaf jika selama ini aku masih sering dan selalu merindukan suasana rumah, but terima kasih kalian membuatku tak merasakan kesepian walaupun rindu itu akan selalu hadir
Maaf jika selama ini aku selalu membuat kalian kerepotan, but terima kasih kalian bersedia membantuku
Maaf jika selama ini aku suka tak menyambung, but terima kasih kalian memarahi aku dengan alasan membuatku mengerti
Maaf jika aku sering pulang lama tanpa mengabari kalian, but terima kasih kalian berusaha menghubungiku dan memarahiku dengan alasan kalian khawatir dan perhatian
Maaf jika di saat aku sakit merepotkan kalian, but terima kasih untuk obat yang paling mujarabnya
Maaf jika aku sulit untuk mengikuti perintah kalian yang sebenarnya demi kebaikanku, but terima kasih kalian tidak pernah bosan untuk hal itu,
Maaf dan terima kasihku masih banyak untuk kalian. Kalian sudah seperti keluarga dalam hidupku. Allah mempertemukan kita para jiwa anak perantauan di tanah orang ini dengan alasan kita memiliki tujuan yang sama.

Sabtu, 13 Mei 2017

Terukir Kenangan Indah di Balik Cahaya Bintang

Di keheningan malam, aku dan saudara kembarku terpaku menatap indahnya langit malam yang dihiasi oleh cahaya bintang-bintang. Selalu sebelum tidur aku dan saudara kembarku yang bernama Lala menghabiskan waktu malam kami di taman rumah untuk membanggakan bintang kami masing-masing. Lala tidak pernah mau kalah untuk mendapatkan bintang yang paling terang walaupun kecil karena baginya walaupun bintang yang ia daparkan kecil ketika bersinar terang hal itulah yang mampu membuatnya merasakan kedamaian dan serasa berguna bagi banyak orang.
“Li, itu bintangku ya, cantikkan?,” tanya Lala padaku
“Cantikkan bintangku. Itu dia lebih besar daripada bintang kamu. Wek,” ejekku kepada kembaranku
“Tapi bintangkulah yang paling terang, ia bersinar terang hingga cahayanya mampu membuat bintang-bentang lain iri. Bintangku itu tak segan-segan untuk mengeluarkan cahayanya demi menerangi dunia ini, ia selalu menjadi bermanfaat untuk banyak orang. Hal itulah yang membuatku bahagia Li,” katanya kepadaku
“Iya deh iya, aku kalah. Bintangku bersat, tetapi dia tak bersinar terang seterang bintangmu,” kataku mengakui kekalahan
“Aku sayang banget sama kembaranku yang cantik ini karena selalu mengalah demi aku setiap kali kita menatap bintang dan saling membanggakan bintang kita masing-masing. Tetap di sini ya! Jangan tinggalin aku seperti apapun keadaannya! Aku sayang kamu,” kata Lala sambil memelukku dengan erat seakan takut kehilanganku
“Aku juga sayang sama kamu,” jawabku membalas pelukannya
            Hari pun semakin larut, aku dan Lala masuk ke rumah. Keesokan harinya, di saat aku terbangun, wajah yang pertama kaliku lihat adalah wajah saudara kembarku yang begitu masih polos walaupun kini kami berdua sudahlah kelas tiga SMA. Wajah yang aku lihat ini tidak seperti biasanya, wajah yang begitu pucat menurutku, dan ia masih nyaman tertidur yang biasanya selalu bangun lebih awal dari aku. Aku pun memegang keningnya, betapa panasnya. Aku benar-benar khawatir kepadanya.
“Mama, papa,” teriakku memanggil orang tuaku dengan rasa cemas
“Ada apa Li?,” tanya mama yang bergegas menyahut teriakan ku
“Lala, kenapa nak?,” tanya mama sambil membuka pintu kamar kami
“Lili, tidak tahu ma. Badannya panas dan wajahnya pucat,” kataku sambil menangis
“La, Lala, bangun sayang!”
“Iya ma,” jawabnya tiba-tiba seperti nada orang sakit
“Pa, bawa Lala ke rumah sakit. Hari ini dia tidak perlu ke sekolah!,” kataku
“Aku tidak kenapa-kenapa Lili. Tolong jangan khawatir! Ini juga akan sembuh tanpa harus ke rumah sakit,” katanya
“Sayang, kita ke rumah sakit ya? Ayo nak!”
“Tidak ma, hari ini aku mau ke sekolah. Ini sudah mendekati akhir SMA ku”
“Ya sudah ma, kalau Lala mau ke sekolah. Aku janji akan jaga dia! Kalau ada apa-apa aku langsung telpon mama atau papa,” kataku
“Tapi Li”
“Sudahlah ma, papa percaya sama mereka,” kata papa meyakinkan mama
“Ya sudahlah. La, kalau ada apa-apa langsung telpon mama ya”
“Baik mamaku sayang”
            Dengan kepercayaan papa dan mama, Lala dan aku segera bergegas beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah selesai, tek seperti biasanya papa dan mama mengantar kami ke sekolah, mungkin karena takut terjadi apa-apa pada Lala.
            Pembelajaran dimulai, ku lihat kembaranku wajahnya semakin pucat dan terlihat begitu lemas tak berdaya. Perlahan demi perlahan, kepalanya terjatuh di atas meja. Aku yang begitu khawatir langsung berteriak, teriakanku mampu membuat teman-teman dan juga guru yang mengajar di depan memalingkan wajahnya ke arah aku dan kembaranku ini.
“Lala, bangun!,” teriakku meminta Lala untuk bangun
“Ada apa Li?,” tanya guru     
“Bu, si Lala tiba-tiba pingsan. Tolong bu!”
“Tenang-tenang La, jangan khawatir! Lebih baik kamu telpon orang tua kamu sekarang nak!,” perintah ibu guru yang membuatku melupakan untuk mengabari mama dan papa
            Aku segera menelpon mama, dengan keadaan aku yang masih khawatir karena keadaan Lala yang tak sadarkan diri di jam pelajaran seperti ini. Lima belas menit kemudian, mama telah datang. Aku dan yang lainnya sedang menjaga Lala di UKS. Karena paniknya mama langsung membawa Lala ke rumah sakit. Aku pun ikut dengan mama untuk memastikan keadaan Lala baik-baik saja tanpa ada penyakit di tubuhnya.
“Tuhan, aku mohon tetap lindungi Lalaku. Aku tidak ingin kehilangannya!,” kataku dalam hati ini
            Sesampai di rumah sakit, Lala langsung diperiksa oleh dokter. Setelah semalam di rumah sakit, akhirnya test pemeriksaan pun keluar. Papa dan Mama di panggil untuk menghadap dokter. Aku ingin ikut, tetapi mama menghalangiku, dengan alasan aku harus menjaga Lala. Namun, aku begitu penasaran. Hingga aku bertekad diam-diam menuju ruang dokter yang sudah ada mama dan papa di dalamnya.
“Maafkan, Lili ya pa, ma! Aku begini karena aku sayang sama kalian semua,” kataku dalam hati
            Dokter pun mulai membuka map yang telah berisi hasil test kembaranku Lala, test yang bisa saja membuat ku bahagia jika tidak ada penyakit ditubuhnya, dan membuatku down jika kutahu ada penyakit yang ia derita.
“Pak, bu, sebenarnya berat sekali untuk memberitahukan tentang hasil test anak bapak dan ibu, tetapi ini harus di sampaikan. Seberat apapun dan serumit apapun hal ini, saya harap kalian tetap tegar, kalau anak kalian mengidap penyakit Leukimia yang hampir memasuki stadium akhir,” jelas dokter yang sebenarnya tak ingin membuat kesedihan
“Lala, tidak mungkin dok. Aku tahu kalau dokter pasti salah periksa, itu bukan hasil test adik saya,” kataku yang membuat mama dan papa terkejut melihatku telah ada di sana
 “Li,” kata mama yang langsung memeluk erat tubuhku
“Lala tidak mungkin terserang penyakit itu ma, pa. Dokter ini salah!,” kata ku menangis tersedu-sedu
            Papa dan mama menguatkanku agar Lala juga kuat menghadapi penyakitnya. Aku, papa, dan mama tidak boleh menunjukkan kesedihan kami di hadapan Lala karena hal itu juga mampu membuatnya bersedih. Aku harus kuat dan membuat Lala bahagia. Aku janji akan menemaninya hingga dia sembuh.
            Hari demi hari, penyakit yang diderita Lala semakin parah. Hingga hari itu membuatku meneteskan air mataku di hadapannya.
“Li, kenapa kamu sedih? Lalamu ini akan sembuh dan kita akan lihat bintang sama-sama lagi. Tetap semangat dong demi aku!,” katanya menguatkanku
“Iya adikku, kembaranku, dan juga sahabatku,” kataku menggenggam tangannya
Ia memang tak pernah tahu penyakit apa yang menyerangnya hingga membuatnya tak diizinkan pulang ke rumah dan bersekolah seperti aku. Namun, dia tetap bersemangat yang justru membuatku kalah semangatnya dari dia.
Di sekolah aku ditunjuk untuk pergi ke Singapure mengikuti cerdas cermat, jika aku menang maka aku akan dibiayai untuk melanjutkan pendidikanku ke Singapure. Aku menyesetujuinya tanpa memikirkan keadaan kembaranku yang masih terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Kabar bahagia ini ku beritahukan pada mama dan papa, kalau tiga hari lagi test ini akan dimulai sehingga esok aku harus pergi ke Singapure bersama wali kelasku. Papa dan mama sangat senang. Namun, di saat aku memberi tahukan hal ini kepada Lala, ia tak mengizinkan aku pergi.
“Aku mohon Li, jangan pergi tinggalkan aku!,” katanya sambil memegang tanganku
“La, aku pergi hanya 3 hari kok, begitu selesai lombanya aku janji langsung pulang untuk menemui kamu!,” kataku
“Tapi, untuk saat ini saja jangan tinggalin aku!,” katanya mengulangi perkataan sebelumnya
“Lalaku, ini kesampatan emas yang harus aku ambil dan tak boleh aku sia-siakan karena ini sekali seumur hidup, semantara kalau kebersamaan kita, di hari setelah aku pulang pun kita akan masih bertemu lagi”
“Ya sudah pergilah, kejar impianmu!”
“Terima kasih ya. Aku janji akan segera pulang dan menemui kamu”
            Keesokan harinya aku pun pergi, walaupun aku tahu Lala sangat enggan melepasku untuk pergi. Namun, ini demi impianku untuk membuatnya bahagia juga.  
            Aku telah sampai di Singapure tepat di Universitas kebanggaanku. Aku terlalaikan untuk menghubungi keluargaku kalau aku sudah sampai karena indahnya dan bahagianya hatiku berada di sini. Hingga keesokan harinya, mama menelponku dan menanyakkan kabarku serta memberikan semangat kepadaku untuk lomba besok. Setelah itu, aku meminta mama untuk memberikan ponselnya kepada Lala. Aku berbicara pada Lala.
“Hallo, Lala kesayangannya Lili”
“Hallo juga sayang. Semangat ya buat besok, semoga apa yang kamu impikan jadi kenyataan. Jangan lupa berdoa sertakan Allah untuk jalan hidupmu! Oh ya, coba kamu lihat keluar dan lihat bintang yang paling terang, karena di sana ada adikmu ini yang sedang tersenyum denganmu. Di saat kakakku ini, rindu sama aku. Lihat saja bintang yang paling terang dimanapun nanti kamu berada”
“Iya iya, tenang saja deh. Ini untuk terakhir kalinya aku dan kamu melihat bintang tidak lagi bersama. Besok setelah lomba, aku janji langsung pulang ke Indonesia, negara tercinta yang di dalamnya ada orang kuat dan hebat seperti kamu”
“Asallah. Ya sudah kamu tidur sana! Besok kesiangan lagi. Assalamualaikum”
“Baik bos. Waalaikum salam. Cepat sembuh ya!”
            Keesokan harinya pun, lomba dimulai. Aku tahu jantungku berdegup kencang, tetapi aku tak boleh mengecewakan mereka yang telah mengizinkanku dan memercayaiku untuk ikut serta dalam lomba ini. Pertanyaan demi pertanyaan pun, aku jawab dengan santai dan percaya diri yang ternyata jawabanku rata-rata benar. Pengumuman pun akan diberitahukan, aku sangat terkejut, namaku dipanggil sebagai pemenang juara ke-II dan diminta untuk maju ke atas panggung.
            Begitu selesai acara, aku langsung meminta pulang kepada wali kelasku. Ponsel pun aku matikan agar mama tidak menghubungi aku. Karena aku tahu pasti mama ingin tahu hasilnya, biarlah ini menjadi kejutan di saat nanti aku sampai ke Indonesia.
            Keesokan harinya aku telah sampai di Indonesia, sebelum ke rumah sakit aku diantar terlebih dahulu ke rumah. Sesampai di rumah, aku sangat kaget melihat telah adanya bendera kuning tepat di depan rumahku. Ku jatuhkan semua yang ada di tanganku dan berlari memasuki rumah yang telah ramai orang.
“Lala, bangun! Jangan tinggalkan aku! Aku sudah menepati janjiku untuk segera pulang. Aku menang La, lihat kakakmu ini dia sudah mendapatkan universitas impiannya. Aku mohon bangun aku ingin menikmati kebagaian ini sama kamu. Bangun adikku!” teriakku menangis
“Nak, sudah ya! Jangan seperti ini!,” kata mama
“Mengapa mama tidak langsung kabari aku?,” kataku memarahi mama
“Mama dan papa sudah berusaha menelpon kamu, tetapi ponsel kamu tidak aktif”
            Aku benar-benar menyesal karena telah mematikan ponselku, tetapi dengan alasan yang baik aku ingin membuat mereka bahagia. Namun, malah aku yang bersedih. Aku benar-benar menyesal. Mama pun memelukku dan memberikan surat dengan selembar kertas kepadaku.
“Ini dari Lala,” kata mama memberi surat dari Lala kepadaku
            Aku pun membaca surat itu di hatiku dengan disaksikan Lala yang sudah tak bernafas lagi dan telah pergi meninggalkanku dan yang lainnya untuk selamanya.
“Assalamualaikum kembaranku, maafkan aku yang pergi tanpa seizinmu. Ini yang aku takutkan sebelumnya kalau aku akan pergi untuk selamanya di saat tidak adanya kamu di sampingku, menemaniku, dan menjagaku hingga detik terakhir aku bernafas di dunia ini. Tetapi waktu itu kamu memaksaku untuk memberikan izin kepadamu demi meraih impianmu. Aku juga yakin waktu itu masih ada pertemuan diantara kita setelah kamu pulang dari Singapure, iya kita masih bertemu, tetapi dengan aku yang sudah tak bisa memegang tanganmu, tertawa bersamamu, dan melihat bintang bersamamu lagi. Dan kamu salah besar jika waktu itu di telpon kamu berkata kalau itu adalah hal terakhir kalinya aku dan kamu melihat bintang dalam keadaan tidak bersama, justru itu terakhir kalinya kamu mendengar suara aku yang di saksiakan oleh jutaan bintang di langit, terakhir kalinya kita melihat bintang masih di bawah langit yang sama meskipun dengan negara yang berbeda. Kalau kamu mulai merindukanku lihatlah keluar, selalu ada bintang yang bersinar terang untuk kamu. Ingat itu punyaku, adikmu! Ia akan tersenyum melihatmu jika kamu juga tersenyum untuknya, dan jangan bersedih karena ia juga akan bersedih! Dan  tangannya takkan sanggup meraih pipimu untuk menghapus air mata yang jatuh. Aku menyayangimu karena Allah. Ikhlaskan aku untuk pergi! Tetap selalu banggai papa dan mama karena harapan mereka ada pada kamu kembaranku. Putri mereka tinggal satu, jangan kecewakan mereka! Kuatkan mereka dan yakinkan mereka kalau aku akan bahagia jika melihat mereka bahagia di dunia! Dari kembaran, adik sekaligus sahabat suka dukamu,” isi surat itu
            Aku pun meneteskan air mataku di hadapannya, meskiku tahu ia takkan suka jika melihatku menangis. Aku memeluknya dengan erat dan dengan harapan kalau dia akan membalas pelukan ini dan menghapus air mata duka ini. Aku tidak boleh berlarut dalam kesedihan karena hidup akan terus berjalan dengan semestinya meskipun tanpa Lala di sini aku harus tetap kuat.

Jumat, 12 Mei 2017

Harapan untuk Masa Depan



Setiap pagi aku selalu bangun pukul 05.00 WIB untuk memulai setiap aktivitasku. Sekarang aku telah memasuki kelas baru dimana aku telah duduk di kelas XII. Jadwalku semakin padat tak menentu. Pergi dari rumah pukul 07.00 WIB dan kembali ke rumah pukul 18.00 WIB demi sebuah masa depan yang indah di hari tua nanti. Namun, sepadat apapun jadwalku aku tetap menyalurkan bakatku untuk menulis harapanku di diary ku dan jika sempat aku menulis di buku khusus untuk karya-karyaku dan menyalurkan bakatku itu ke dalam blog yang sudah lima tahun aku miliki.
            Minggu yang indah untukku mempersibukkan diri untuk mengambil pena dan merangkai kata-kata indah hingga membentuk cerita pendek yang kemudian aku salurkan ke dalam blogku.
            Pada saat itu pula aku meneteskan air mataku karena sedikit sekali yang mengunjungi blogku, aku hampir saja membanting laptopku dan berteriak. Syukurnya aku masih bisa meredamkan emosiku. Aku hanya mengeluh di dalam hatiku saja.
“Aku sudah menyempatkan diriku untuk menulis dan menyalurkan bakatku agar bisa di baca banyak orang dan aku bisa menjadi penulis terkanal. Namun, mengapa Tuhan tak mengirimkan aku banyak orang untuk bisa melihat tulisan-tulisanku ini. Apa tulisanku tidak bernilai baik dan tidak bermanfaat bagi banyak orang? Ataukah mutuku sangatlag rendah. Tuhan, aku berhenti di sini. Aku berhenti di dunia tulisan ini, jika tak seorang pun mampu menghargai tulisanku ini,” keluhku di hati ini yang hampir membuat dadaku sesak
            Akhirnya, aku memutuskan untuk fokus pada sekolahku agar aku bisa mendapatkan nilai yang baik dan masuk ke PTN yang selalu aku damba-dambakan dari dulu.
            Dengan giatnya aku selalu belajar dan mampu membuatku melupakan kehidupanku yang penuh dengan rangkaian kata dan tulisan selama ini. Cukup sudah selama enam tahun saja aku berkarya di dunia tulisan.
            Seiring berjalannya waktu, kini aku telah lulus SMA dan masih menunggu kepastian akankah aku berkuliah di kampus idamanku selama ini. Aku banyak-banyak berusaha dan takkan kulupakan untuk senantiasa berdoa agar Tuhan menyertai setiap langkahku.
            Aku mengikuti jalur tulis, satu hari sebelum test itu dimulai aku memutuskan untuk tidak belajar lagi, tetapi masih tetap selalu berdoa.
            Hingga kini telah tiba hari dimana aku akan mengikuti test ini, test yang membuatku keringat dingin dan jantungku berdebar dengan sangat kencang ketika melihat pengawas dan lawanku di medan pertempuran ini. Namun, aku mencoba menenangkan diriku kalau aku mampu menaklukan soal-soal ini dengan jawaban yang benar.
            Soal demi soal pun ku jawab. Sebenarnya aku tidak terlalu yakin pada semua jawabanku, tetapi aku percaya suatu saat aku akan menuntut ilmu di Universitas impianku.
            Hingga kini tibalah saatnya pengumuman, semua angkatan kami yang mengikuti test ini diminta untuk ke sekolah agar melihat hasil pengumumannya bersama-sama dengan pihak sekolah.
            Awalnya aku sangat takut dan menjadi seseorang yang tak percaya diri. Aku benar-benar takut dan malu jika nanti aku tidak lulus sehingga membuatku menangis karena kesedihan di hadapan banyak orang. Namun, ibu menghampiriku dan memelukku erat. Dekapannyalah yang membuatku percaya diri lagi kalau suatu saat aku bisa membahagiakannya.
“Ika, pergilah nak!,” perintah ibu kepadaku yang meminta aku untuk bersiap-siap ke sekolah
“Tapi bu, aku sangatlah takut”
“Nak, jika ini memang yang terbaik untuk kamu pasti Tuhan akan beri, tetapi jika tidak percayalah Tuhan akan beri lebih dari ini,” kata ibu meyakinkanku
“Baiklah bu, aku akan pergi ke sekolah”
            Langkah ini membuatku mampu kembali menginjakan kakiku di SMA ku ini. Semua orang terlihat begitu tegang untuk melihat hasil pengumuman ini. Semuanya senantiasa berdoa agar hasilnya baik.
            Kini satu persatu pun namanya di buka oleh operator sekolah. Jantung ini pun semakin berdebar tak menentu, untuk menenangkan diripun sudah tak ampuh lagi.
            Nama demi nama pun dibuka, ada yang menangis karena kesedihan dan ada yang menangis karena kebahagian. Ada yang menjerit karena lulus dan ada yang merintih karena tidak lulus. Ada yang tersenyum menguatkan diri yakin jika ada yang lebih baik dari ini dan ada yang tersenyum bahagia karena dapat diterima di sebuah PTN pilihannya. Ada yang yang mendapatkan selamat dari semuanya dan ada yang mendapatkan semangat agar tidak putus asa. 
            Telah tiba namaku dan nomor ujianku di cantumkan. Aku yang hanya bisa memejamkan mataku saat nama dan nomorku telah terlihat.
“Ika, kamu lulus. Selamat ya,” kata operator sekolah
“Alhamdulillah,” kataku sambil bersujud syukur
                 Setelah selesai segalanya di sekolah, aku pun langsung pulang untuk memberikan kabar gembira ini kepada ayah dan ibuku yang juga sedang menanti aku pulang dengan harapan aku bisa membawa kabar yang bahagia.
            Di saat aku telah sampai di rumah, ibu langsung memelukku dan berbisik tepat di telingaku. Satu kalimat yang membuatku bertekad kalau kedua orang tuaku harus bahagia.
“Kami bangga sama kamu nak,” kata ibuku sambil meneteskan air matanya di pundakku
“Ibu, jangan menangis! Karena aku membawa kabar bahagia bukanlah duka,” kataku sambil menghapus air mata ibu
“Belajar yang rajin ya nak. Jangan putus asa apalagi berpikir untuk mnyerah saat nanti kamu benar-benar telah merasakan persaingan yang hebat!,” kata ayah
            Hari demi hari aku pun sibuk mengurus segala perlengkapan perkulihanku. Hingga tiba saatnya hari ini aku menginjakan kakiku di Universitas impianku selama ini untuk memulai menuntut ilmu di sini.
            Di Universitas ini, aku benar-benar merasakan persaingan yang hebat dengan orang-orang yang hebat pula. Jika dibandingkan dengan persaingan semasa aku sekolah dulu tidaklah ada apa-apanya.
            Meski aku tahu mereka orang-orang yang akan berjuang sekaligus bersaing denganku sangatlah cerdas-cerdas, tetapi hal itu tidak boleh mematahkan semangatku. Karena aku telah diberikan kesempatan untuk bisa belajar di sini dan takkan ku sia-siakan hal ini.   
Malam hari yang begitu indah dengan hiasan-hiasan bintang di langit sana, aku duduk di teras rumah ditemani dengan secangkir susu hangat buatan ibu. Aku menatap bintang-bintang yang mampu membuat hatiku senyaman ini.  
“Betapa indah ciptaan Tuhan,” kataku terkagum-kagum
            Pikiranku tentang bintang-bintang itu pun dibuyarkan oleh dering-dering di hpku. Aku pun meraihnya dan membukanya. Aku sangat terkejut meliat beberapa broadcast yang sama dari teman- pengunjungnya. Namun, seketika membaca broadcast dari mereka yang berisi tentang memuji-muji karya-karyaku yang sudah begitu terlalu lama, aku sangat terharu dan ingin kembali ke dalam dunia tulis yang memang sudah aku gemari dari aku SMP.
            Aku juga mendapat banyak bbm dari teman-temanku, adik-adik, dan kakak-kakak kelas agar melanjutkan tulisanku. Aku juga berharap begitu, tetapi apalah dayaku karena dengan alasan pengunjungnya sunyi dan lantas aku memilih untuk berhenti di dunia tulis dan fokus pada perkuliahanku untuk meraih cita-citaku menjadi seorang dosan di kemudian hari. Walaupun aku masih berharap untuk bisa menjadi seorang dosen matematika sekaligus juga menjadi seorang penulis terkenal.
            Isi setiap bbm yang mereka kirim ke aku membuatku merasa kalau suatu saat nanti aku akan menjadi seorang penulis terkenal. Seolah-olah semangatku hadir lagi untuk  kembali pada dunia tulis.
            Awalnya, aku sangat ragu untuk kembali kepada dunia tulis karena jadwal perkulihanku begitu padat dan aku takut kalau ini akan menghambat perkuliahanku. Namun, sebuah bbm membuat hatiku tersentak dan dia begitu percaya kalau aku mampu.
“Ka, begitu banyak yang kirim broadcast yang sama mengenai blogmu itu. Aku mohon lanjutkan tulisan-tulisanmu sayang. Mulailah ambil pena lagi dan rangkailah kata demi kata yang akan menjadi cerita yang sangat mengharukan. Lihat para temanmu mendukungmu semua. Mereka yakin kalau kamu bisa ka,” isi bbm tersebut yang dikirimnya kepadaku
“Aku takut kalau aku tidak mampu membagi waktuku antara dunia tulis dan perkulihanku,” balasku kepadanya
“Jangan kamu anggap kalau dengan berkarya dat menghambat perkulihanmu!,” balasnya
“Aku tidak percaya pada diriku kalau aku bisa,” balasku
“Lihat kami! Kami yang menunggu karya-karya terbaikmu muncul kembali di blog kamu. Kami percaya kalau kamu bisa dan seharusnya kamu lebih percaya kalau dirimu juga bisa. Jangan kecewakan kami Ka!,” balasnya
            Sungguh kata-katanya membuatku menggetar dan mulailah mendetakan jantung ini. Mereka begitu percaya kepadaku dan aku tidak ingin mengecewakan mereka. Tetapi aku masih berpikir seribu kali dalam mengambil keputusan untuk kembali kepada dunia tulis.
            Aku melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan shalat dua raka’at agar keputusanku ini tidak berdampak buruk padaku dan juga yang lainnya.
            Ku bentangkan sajadah hijauku, sajadah pemberian ayah dengan harapan aku bisa menjadi anak yang sholeh dan mampu membawa mereka ke syurga melalui pintu mana saja.
            Aku memulai shalatku. Di sujud terakhir, aku utarakan kebimbanganku mengenai hal yang aku rasakan agar keputusanku nanti tidaklah menjerumuskanku dan juga orang-orang di dalamnya.
            Ku temukan kedamaian di dalamnya yang mampu membuat hilangnya rasa kebimbangan ini. Aku pun memutuskan untuk memilih melanjutkan tulisan-tulisanku lagi dan tetap fokus pada perkuliahanku. Karena mereka percaya aku bisa dan seharusnya aku juga percaya kalau aku mampu. Sebisa mungkin aku akan membagi waktuku agar aku mampu menyeimbangkan segalanya dan takkan ku biarkan salah satunya terabaikan.   
            Sang mentari telah menyambut bangun pagiku hari ini, aku siap menjalani hidupku dengan harapan kalau suatu saat nanti aku bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi banyak orang. Sebelum aku pergi ke kampus tak lupa, ku buka diary yang telah lama tak ku coret-coret dengan harapku sebelum aku berangkat ke sekolah dulu. Diary yang telah ku biarkan berdebu disaat dulu aku memutuskan untuk berhenti menulis apapun yang berhubungan dengan bakatku ini.  
“Huk huk huk,” aku pun batuk dibuat oleh debu yang telah menutupi diary pinkku itu
            Perlahan demi perlahan ku bersihkan debunya hingga kini kembali menjadi diary yang sangat ku sayangi. Dahulu diary inilah yang menjadi teman curhatku semasa aku duduk di bangku SMP. Bersamanya aku damai dan tenang walauku tahu diary makhluk mati, dia tidak akan memberikan solusi padaku sedikitpun karena dia bisu. Namun, entah mengapa aku nyaman jika telah menuliskan apa yang ada di hati ini kepadanya.
            Aku mulai mengambil penaku dan membuka perlahan lembaran demi lembaran yang sudah banyak terisi, tetapi harus berhenti di tengah lembaran yang masih kosong hingga lembar terakhir kertas diaty tersebut.
“Terima kasih Tuhan atas segala apapun yang membuatku mampu bertahan hari ini. Yang membuatku mampu merasakan kedamaian di dalam duniaku ini. Tuhan aku mohon bantu aku untuk bisa membagi waktuku antara perkuliahanku dengan dunia tulisku. Tuhan dari aku kecil aku ingin menjadi seorang dosen matematika agar aku bisa menuangkan ilmuku pada mereka yang membutuhkanku dan semenjak aku SMP aku berkhayal untuk bisa menjadi seorang penulis terkenal hingga aku sibuk menuangkan tulisanku di diary dan memilih untuk menyebarkan karyaku melalui blog yang ku buat dengan harapan suatu saat aku bisa menyalurkan bakatku di sana dan menjadi penulis yang berguna bagi para fansku kelak. Hingga kini aku memutuskan suatu saat nanti aku akan menjadi sosok seorang dosen yang mampu berkarya di dunia tulisan. Tuhan aku tahu rencanaMu lebih indah dari yang aku bayangkan saat ini. Apapun yang terjadi untuk masa depanku nanti aku percaya aku akan bahagia,” tulisanku pun berhenti karena aku harus ke kampus menuntut ilmu
            Aku berharap setiap usaha dan doaku akan datang di kehidupanku ini. Aku juga percaya pada Tuhan kalau Dia akan memberi yang lebih indah lagi dari apa yang aku impikan di masa depanku untuk bisa menjadi dosen matematika yang juga berkarya di bidang karya tulis. Yang kelak akan mendapatkan banyak penghargaan dari para orang-orang yang ada di sekitarku nanti. Dan para fans yang selalu mendukungku hingga nafasku berhenti dengan sendirinya.

Kamis, 30 Maret 2017

Cerpen-Diary untuk Sang Jodoh



Diary untuk Sang Jodoh
            Kini aku telah menjalani usia yang ke-24 tahun, aku sedang menjalani S2 di Universitas Negeri impianku. Selama itu pula aku tetap menjaga pandanganku dan hatiku kepada lelaki yang bukan mahramku. Aku akan tetap menunggu pemilik tulang rusuk yang ada di dalam tubuhku ini. Tulang rusuk yang di amanahkan Allah agar tetap ku jaga karena dia merupakan jodoh dunia akhiratku.
            Ku lihat diary mungil yang terletak di atas mejaku. Diary yang khusus aku tuliskan dengan indahnya untuk sang kekasih halalku kelak. Ku raih diary itu dan mulailah aku menarikan penaku di atasnya.
Dear jodoh,,,,
Dimana pun kamu berada dan siapa pun kamu, aku selalu percaya kalau kamulah yang terbaik yang dikirimkan sang Rabb untukku. Sang kekasih yang tak tahu dimana keberadaannya, aku di sini masih menunggu kehadiranmu dan terus mendoakanmu agar segera menghalalkanku. Semoga Allah memberikan jalan terbaik untuk kita berdua.
            Buku diary yang awalnya lembaran itu kosong dan bersih. Kini telah ternodai dengan tinta-tinta penaku dengan rangkaian kata yang indah. Rangkaian kata indah yang ku tulis dengan penuh kasih sayang dan juga dengan penuh harapan ia juga akan menjaga pandangannya kepada wanita-wanita yang bukan mahramnya dan akan tetap berusaha serta berdoa agar segera menghalalkanku. Walaupun kami belumlah saling mengenal untuk saat ini. Namun, aku selalu percaya Allah akan mempertemukanku dengan dia yang baik dan juga dengan cara yang baik.
            Setelah selesai, aku pun segera pergi ke kampus. Dengan wajah yang tetap memancarkan semangat yang luar biasa dan berharap kalau semuanya akan berjalan dengan baik tanpa ada rasa kekecewaan ataupun penyesalan karena sesuatu yang akan terjadi nanti.
            Setiap kali aku berjalan melewati lorong demi lorong untuk menuju ruanganku, ada saja lelaki yang mengucapkan salam padaku dan menebarkan pesona mereka, tetapi aku akan tetap menjaga hati dan pandanganku. Namun, tak lupa untuk menjawab salam mereka karena mengucapkan salam hukumnya wajib. Sambil melangkah, hatiku seolah-olah berkata tanpa ada ku perintah untuk berbicara mengenai ini.
“Untukmu sang kekasih halalku kelak, aku mohon jagalah pandanganmu kepada siapapun wanita yang bukan mahrammu karena aku pun juga seperti itu. Tetaplah menunggu kehadiranku di waktu dan tempat yang telah Allah takdirkan untuk kita berdua,” kata hatiku
            Akhirnya, aku sampai di ruangan. Aku pun segera duduk di kursi paling depan agar aku dapat lebih mengerti pelajaran yang disampaikan dosenku nanti.
            Selain menjalani masa S2 ini, aku juga mengajar di sekolah SMA Negeri A. Di sana aku mendapatkan keluarga baru yang membuatku mampu berkarya dan membimbing mereka yang ku harap kelak mereka mampu menjadi insan pembangun bangsa yang berkarakter. Setiap sesampai rumah, aku selalu menyempatkan diri untuk menulis.
Dear Jodoh,,,
Aku masih disini, masih menunggumu bersama dengan doa yang selalu ku utarakan pada Allah untuk setiap kebaikan dan kelancaran untuk apapun yang kamu lakukan demi menghalalkanku. Semoga Allah mengiringi setiap langkahmu, ku harap kamulah jodoh dunia akhiratku. Aamiin
            Hari ini merupakan hari istimewa wanita terhebatku. Aku sudah mengumpulkan uang untuk membelikan kado terindah untuknya yaitu mukena yang terukir indah yang memang sudah aku rencanakan akan aku beli setelah uangku terkumpul. Dan aku juga sudah memesan kue yang indah nan lezat untuk bunda tercinta. Namun, semuanya hancur. Aku terjatuh tersandung batu kecil yang benar-benar membuatku merasa kecewa dan serasa kalau usahaku untuk mengumpulkan uang sia-sia. Kue yang telah di tanganku kini telah terjatuh dan mengenai mukena indah ibuku. Kue hancur dan mukena ternodai oleh mentega warna-warni kue.
            Aku pun menangis, tetapi seseorang memberikan sapu tangannya kepadaku. Namun, aku hanya menunduk tanpa melihat siapa dia. Ketika mendengar dia berkata, seolah aku mengenal suaranya dan hatiku berdetak dengan kencang saat ini.
“Ini ambil,” kata dia
            Aku pun mengangkat kepalaku dan memberanikan untuk melihatnya. Ternyata, dia adalah teman semasa S1 ku dulu. Teman yang selalu ada untukku dan sempat menyatakan cinta padaku hingga memintaku untuk menunggunya.
2 Tahun lalu
            Di sebuah taman, seseorang lelaki menghampiriku dan duduk di sebalahku. Seseorang yang selalu membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya.
“Ka,” katanya memulai membicaraan
“Iya,” jawabku dengan menundukan pandanganku
“Sebelum terlambat dan sebelum kita akan pergi meraih impian kita masing-masing, aku ingin berkata sesuatu kepadamu. Aku tidak bisa lagi memendam perasaan ini, perasaanku kepadamu. Aku tahu kalau kamu tidak akan mungkin mau menerima cintaku saat ini. Dan aku mohon tunggu aku hingga nanti telah Allah tentukan di saat yang tepat dengan waktu yang tepat pula. Aku mohon Rika. Aku janji akan menjemputmu di saat yang tepat,” kata Diki temanku
            Aku hanya menunduk mendengarnya berkata seperti itu. Perkataan yang membuatku ketakutan akan jatuh cinta kepada orang yang tidak tepat, aku takut kalau nanti aku tidak bisa menjaga pandanganku dan juga hatiku. Aku takut menyakiti perasaan jodohku kelak.
“Terserah kamu! Tetapi aku akan kembali Ka, untukmu. Aku pergi ya,” katanya yang pergi meninggalkanku tanpa membawa respont balasan dariku
            Masih teringat jelas akan kisah dua tahun lalu. Sudah hampir dua tahun itu pula, aku tak berjumpa dengannya dan selama itu pula aku tak ada berkomunikasi dengannya. Tetapi, atas seizin Allah, Dia mempertemukan kami di tempat ini.
“Rika, alhamdulillah. Akhirnya, Allah izinkan kita untuk bertemu lagi,” katanya dengan wajah bahagia
“Diki, bagaimana kabar kamu?,” tanyaku
“Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja. Kamu jugakan?”
            Aku hanya menunduk karena keadaanku saat ini lagi sedih. Melihat ekspresiku yang seperti itu. Diki pun merasa kebingungan.
“Ka, kamu kenapa?,” tanyanya
“Hari ini bundaku ulang tahun ki, tapi kuenya sudah hancur dan mukena yang ku belikan untuknya juga sudah kotor,” jelasku kepadanya
“Ya sudah kita beli lagi kuenya dan kalau masalah mukena, itukan bisa kita bersihkan,” katanya memberikan solusi kepadaku
“Dan masalahnya uang ku tidaklah cukup untuk membeli kue lagi”
“Kan ada aku”
“Tidak! Tidak!”
“Ka, aku mohon ambil ya! Kali ini saja ikuti keinginanku”
“Tapi ki”
“Ya sudah kalau nanti kamu sudah ada uang kamu ganti uang aku. Nah, pakai!,” katanya sambil memberika uang kepadaku
“Terima kasih ya,” sambungku dengan senyum
            Entah mengapa jantungku masih saja berdetak dengan kencang saat di dekatnya. Hal ini belum pernah aku rasakan kepada siapapun kecuali dia. Dia yang mampu membuatku nyaman dan tenang.
“Ya Allah, aku masih menunggu jodohku hingga detik ini dan berpacu dengan rangkaian doa di sujudku serta rangkaian kata di diaryku. Jika dia yang ada di sampingku ini adalah jodohku, aku mohon jadikan dia imam yang senantiasa menuntunku untu selalu menuju jalan-Mu Ya Rabb,” kataku dalam hati
Seiring dengan berjalannya waktu, esok aku akan di wisuda untuk meraih gelar M.Pd ku. Gelar yang ku harapkan akan hadir di belakang namaku dan esok akan menjadi kenyataan dalam hidupku. Aku sangat bahagia dan berharap orang tuaku juga bahagia karena putri mereka telah meraih pendidikannya dengan lancar karena doa yang tak pernah putus untukku. Di hari bahagia itu pula, seseorang membawa keluarganya untuk berjumpa dengan orang tuaku dengan alasan ingin melamarku. Aku sangat bahagia karena dia ingin menghalalkanku dan memberanikan diri untuk membawa orang tuanya dan bertemu dengan orang tuaku. Aku benar-benar terharu melihatnya dan merasa kagum dengan apa yang sudah dia lakukan di hari ini. Sungguh, ini takkan terlupakan.
            Dia yang melamarku adalah seseorang yang pernah  memintaku untuk menunggunya dan akan menjemputku di waktu yang tepat. Aku tidak percaya kalau dia akan membuktikan janjinya itu. Padahal, kejadian itu adalah 2 tahun silam.
            Kini aku dan dia telah menjadi sepasang kekasih halal. Dia yang senantiasa menuntunku menuju jalan yang diridhoi Allah. Di hari yang indah ini, aku pun mulai mengambil diary kecilku dan menulisnya dengan pena hitamku agar kejadian ini terukir indah di diary ini.
Dear diary
Hari ini aku telah menemukan dia, dia yang selalu aku ceritakan kepada Allah agar tetap menjaganya dan juga menuliskan tentang dia kepadamu diary. Kini dia telah menjadi suamiku. Suami yang senantiasa menuntunku menuju jalan-Nya. Aku bahagia, karena kini impianku jadi kenyataan. Setiap doa yang dia ucapkan selalu aku aamiinkan, shalat berjamaah dengan membentangkan sajadahku dan dia, membaca al-qur’an serta melakukan hal-hal baik bersamanya. Ya Rabb, aku mohon semoga hubungan kami ini akan tetap abadi hingga di surga-Mu nanti. Tetap jadikan dia imam untukku, bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat kelak!
 “Sayang, apa yang kamu tulis?,” tanyanya yang tiba-tiba telah ada di sampingku
“Dulu sebelum aku menemukanmu, aku selalu menuliskan tentangmu di diary ini. Aku selalu menunggumu dan berharap segera kamu jemput. Dan aku berjanji jika nanti aku dan kamu telah dipersatukan oleh Allah di saat yang tepat, aku akan menunjukan diary ini sama kamu, suamiku. Bacalah!,” kataku memberika diary ku kepadanya
            Dia pun membaca rangkaian kata yang aku tulis selama ini tentang bagaimana cara aku menunggunya dan harapanku tentangnya. Ketika dia membaca, aku menatapnya dalam-dalam dengan penuh rasa syukur karena Allah telah mengirimkanku sosok lelaki sebaik dia untuk menjadi imamku. Tanpa sadar, aku melihatnya meneteskan air mata ketika membaca lemaran demi lembaran diary itu. Aku pun menghapus tetesan air matanya. Dengan perasaan yang lembut, dia memelukku dengan erat seolah takut kehilanganku.
“Aku mencintaimu karena Allah, istriku. Tetaplah di sini! Temani hari-hariku untuk menuju jalan-Nya,” katanya tepat di telingaku
“Aku juga mencintaimu karena Allah, suamiku. Teruslah bimbing aku untuk meraih surga-Nya! Ajari aku untuk semakin dekat dengan-Nya!,” jawabku membalas perkataannya
            Kami pun sama-sama untuk terus berjalan menuju setiap hal yang diridhoi-Nya dan berharap kelak dialah pangeran syurgaku juga. Jodoh dunia akhiratku