Jumat, 12 Mei 2017

Harapan untuk Masa Depan



Setiap pagi aku selalu bangun pukul 05.00 WIB untuk memulai setiap aktivitasku. Sekarang aku telah memasuki kelas baru dimana aku telah duduk di kelas XII. Jadwalku semakin padat tak menentu. Pergi dari rumah pukul 07.00 WIB dan kembali ke rumah pukul 18.00 WIB demi sebuah masa depan yang indah di hari tua nanti. Namun, sepadat apapun jadwalku aku tetap menyalurkan bakatku untuk menulis harapanku di diary ku dan jika sempat aku menulis di buku khusus untuk karya-karyaku dan menyalurkan bakatku itu ke dalam blog yang sudah lima tahun aku miliki.
            Minggu yang indah untukku mempersibukkan diri untuk mengambil pena dan merangkai kata-kata indah hingga membentuk cerita pendek yang kemudian aku salurkan ke dalam blogku.
            Pada saat itu pula aku meneteskan air mataku karena sedikit sekali yang mengunjungi blogku, aku hampir saja membanting laptopku dan berteriak. Syukurnya aku masih bisa meredamkan emosiku. Aku hanya mengeluh di dalam hatiku saja.
“Aku sudah menyempatkan diriku untuk menulis dan menyalurkan bakatku agar bisa di baca banyak orang dan aku bisa menjadi penulis terkanal. Namun, mengapa Tuhan tak mengirimkan aku banyak orang untuk bisa melihat tulisan-tulisanku ini. Apa tulisanku tidak bernilai baik dan tidak bermanfaat bagi banyak orang? Ataukah mutuku sangatlag rendah. Tuhan, aku berhenti di sini. Aku berhenti di dunia tulisan ini, jika tak seorang pun mampu menghargai tulisanku ini,” keluhku di hati ini yang hampir membuat dadaku sesak
            Akhirnya, aku memutuskan untuk fokus pada sekolahku agar aku bisa mendapatkan nilai yang baik dan masuk ke PTN yang selalu aku damba-dambakan dari dulu.
            Dengan giatnya aku selalu belajar dan mampu membuatku melupakan kehidupanku yang penuh dengan rangkaian kata dan tulisan selama ini. Cukup sudah selama enam tahun saja aku berkarya di dunia tulisan.
            Seiring berjalannya waktu, kini aku telah lulus SMA dan masih menunggu kepastian akankah aku berkuliah di kampus idamanku selama ini. Aku banyak-banyak berusaha dan takkan kulupakan untuk senantiasa berdoa agar Tuhan menyertai setiap langkahku.
            Aku mengikuti jalur tulis, satu hari sebelum test itu dimulai aku memutuskan untuk tidak belajar lagi, tetapi masih tetap selalu berdoa.
            Hingga kini telah tiba hari dimana aku akan mengikuti test ini, test yang membuatku keringat dingin dan jantungku berdebar dengan sangat kencang ketika melihat pengawas dan lawanku di medan pertempuran ini. Namun, aku mencoba menenangkan diriku kalau aku mampu menaklukan soal-soal ini dengan jawaban yang benar.
            Soal demi soal pun ku jawab. Sebenarnya aku tidak terlalu yakin pada semua jawabanku, tetapi aku percaya suatu saat aku akan menuntut ilmu di Universitas impianku.
            Hingga kini tibalah saatnya pengumuman, semua angkatan kami yang mengikuti test ini diminta untuk ke sekolah agar melihat hasil pengumumannya bersama-sama dengan pihak sekolah.
            Awalnya aku sangat takut dan menjadi seseorang yang tak percaya diri. Aku benar-benar takut dan malu jika nanti aku tidak lulus sehingga membuatku menangis karena kesedihan di hadapan banyak orang. Namun, ibu menghampiriku dan memelukku erat. Dekapannyalah yang membuatku percaya diri lagi kalau suatu saat aku bisa membahagiakannya.
“Ika, pergilah nak!,” perintah ibu kepadaku yang meminta aku untuk bersiap-siap ke sekolah
“Tapi bu, aku sangatlah takut”
“Nak, jika ini memang yang terbaik untuk kamu pasti Tuhan akan beri, tetapi jika tidak percayalah Tuhan akan beri lebih dari ini,” kata ibu meyakinkanku
“Baiklah bu, aku akan pergi ke sekolah”
            Langkah ini membuatku mampu kembali menginjakan kakiku di SMA ku ini. Semua orang terlihat begitu tegang untuk melihat hasil pengumuman ini. Semuanya senantiasa berdoa agar hasilnya baik.
            Kini satu persatu pun namanya di buka oleh operator sekolah. Jantung ini pun semakin berdebar tak menentu, untuk menenangkan diripun sudah tak ampuh lagi.
            Nama demi nama pun dibuka, ada yang menangis karena kesedihan dan ada yang menangis karena kebahagian. Ada yang menjerit karena lulus dan ada yang merintih karena tidak lulus. Ada yang tersenyum menguatkan diri yakin jika ada yang lebih baik dari ini dan ada yang tersenyum bahagia karena dapat diterima di sebuah PTN pilihannya. Ada yang yang mendapatkan selamat dari semuanya dan ada yang mendapatkan semangat agar tidak putus asa. 
            Telah tiba namaku dan nomor ujianku di cantumkan. Aku yang hanya bisa memejamkan mataku saat nama dan nomorku telah terlihat.
“Ika, kamu lulus. Selamat ya,” kata operator sekolah
“Alhamdulillah,” kataku sambil bersujud syukur
                 Setelah selesai segalanya di sekolah, aku pun langsung pulang untuk memberikan kabar gembira ini kepada ayah dan ibuku yang juga sedang menanti aku pulang dengan harapan aku bisa membawa kabar yang bahagia.
            Di saat aku telah sampai di rumah, ibu langsung memelukku dan berbisik tepat di telingaku. Satu kalimat yang membuatku bertekad kalau kedua orang tuaku harus bahagia.
“Kami bangga sama kamu nak,” kata ibuku sambil meneteskan air matanya di pundakku
“Ibu, jangan menangis! Karena aku membawa kabar bahagia bukanlah duka,” kataku sambil menghapus air mata ibu
“Belajar yang rajin ya nak. Jangan putus asa apalagi berpikir untuk mnyerah saat nanti kamu benar-benar telah merasakan persaingan yang hebat!,” kata ayah
            Hari demi hari aku pun sibuk mengurus segala perlengkapan perkulihanku. Hingga tiba saatnya hari ini aku menginjakan kakiku di Universitas impianku selama ini untuk memulai menuntut ilmu di sini.
            Di Universitas ini, aku benar-benar merasakan persaingan yang hebat dengan orang-orang yang hebat pula. Jika dibandingkan dengan persaingan semasa aku sekolah dulu tidaklah ada apa-apanya.
            Meski aku tahu mereka orang-orang yang akan berjuang sekaligus bersaing denganku sangatlah cerdas-cerdas, tetapi hal itu tidak boleh mematahkan semangatku. Karena aku telah diberikan kesempatan untuk bisa belajar di sini dan takkan ku sia-siakan hal ini.   
Malam hari yang begitu indah dengan hiasan-hiasan bintang di langit sana, aku duduk di teras rumah ditemani dengan secangkir susu hangat buatan ibu. Aku menatap bintang-bintang yang mampu membuat hatiku senyaman ini.  
“Betapa indah ciptaan Tuhan,” kataku terkagum-kagum
            Pikiranku tentang bintang-bintang itu pun dibuyarkan oleh dering-dering di hpku. Aku pun meraihnya dan membukanya. Aku sangat terkejut meliat beberapa broadcast yang sama dari teman- pengunjungnya. Namun, seketika membaca broadcast dari mereka yang berisi tentang memuji-muji karya-karyaku yang sudah begitu terlalu lama, aku sangat terharu dan ingin kembali ke dalam dunia tulis yang memang sudah aku gemari dari aku SMP.
            Aku juga mendapat banyak bbm dari teman-temanku, adik-adik, dan kakak-kakak kelas agar melanjutkan tulisanku. Aku juga berharap begitu, tetapi apalah dayaku karena dengan alasan pengunjungnya sunyi dan lantas aku memilih untuk berhenti di dunia tulis dan fokus pada perkuliahanku untuk meraih cita-citaku menjadi seorang dosan di kemudian hari. Walaupun aku masih berharap untuk bisa menjadi seorang dosen matematika sekaligus juga menjadi seorang penulis terkenal.
            Isi setiap bbm yang mereka kirim ke aku membuatku merasa kalau suatu saat nanti aku akan menjadi seorang penulis terkenal. Seolah-olah semangatku hadir lagi untuk  kembali pada dunia tulis.
            Awalnya, aku sangat ragu untuk kembali kepada dunia tulis karena jadwal perkulihanku begitu padat dan aku takut kalau ini akan menghambat perkuliahanku. Namun, sebuah bbm membuat hatiku tersentak dan dia begitu percaya kalau aku mampu.
“Ka, begitu banyak yang kirim broadcast yang sama mengenai blogmu itu. Aku mohon lanjutkan tulisan-tulisanmu sayang. Mulailah ambil pena lagi dan rangkailah kata demi kata yang akan menjadi cerita yang sangat mengharukan. Lihat para temanmu mendukungmu semua. Mereka yakin kalau kamu bisa ka,” isi bbm tersebut yang dikirimnya kepadaku
“Aku takut kalau aku tidak mampu membagi waktuku antara dunia tulis dan perkulihanku,” balasku kepadanya
“Jangan kamu anggap kalau dengan berkarya dat menghambat perkulihanmu!,” balasnya
“Aku tidak percaya pada diriku kalau aku bisa,” balasku
“Lihat kami! Kami yang menunggu karya-karya terbaikmu muncul kembali di blog kamu. Kami percaya kalau kamu bisa dan seharusnya kamu lebih percaya kalau dirimu juga bisa. Jangan kecewakan kami Ka!,” balasnya
            Sungguh kata-katanya membuatku menggetar dan mulailah mendetakan jantung ini. Mereka begitu percaya kepadaku dan aku tidak ingin mengecewakan mereka. Tetapi aku masih berpikir seribu kali dalam mengambil keputusan untuk kembali kepada dunia tulis.
            Aku melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan shalat dua raka’at agar keputusanku ini tidak berdampak buruk padaku dan juga yang lainnya.
            Ku bentangkan sajadah hijauku, sajadah pemberian ayah dengan harapan aku bisa menjadi anak yang sholeh dan mampu membawa mereka ke syurga melalui pintu mana saja.
            Aku memulai shalatku. Di sujud terakhir, aku utarakan kebimbanganku mengenai hal yang aku rasakan agar keputusanku nanti tidaklah menjerumuskanku dan juga orang-orang di dalamnya.
            Ku temukan kedamaian di dalamnya yang mampu membuat hilangnya rasa kebimbangan ini. Aku pun memutuskan untuk memilih melanjutkan tulisan-tulisanku lagi dan tetap fokus pada perkuliahanku. Karena mereka percaya aku bisa dan seharusnya aku juga percaya kalau aku mampu. Sebisa mungkin aku akan membagi waktuku agar aku mampu menyeimbangkan segalanya dan takkan ku biarkan salah satunya terabaikan.   
            Sang mentari telah menyambut bangun pagiku hari ini, aku siap menjalani hidupku dengan harapan kalau suatu saat nanti aku bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi banyak orang. Sebelum aku pergi ke kampus tak lupa, ku buka diary yang telah lama tak ku coret-coret dengan harapku sebelum aku berangkat ke sekolah dulu. Diary yang telah ku biarkan berdebu disaat dulu aku memutuskan untuk berhenti menulis apapun yang berhubungan dengan bakatku ini.  
“Huk huk huk,” aku pun batuk dibuat oleh debu yang telah menutupi diary pinkku itu
            Perlahan demi perlahan ku bersihkan debunya hingga kini kembali menjadi diary yang sangat ku sayangi. Dahulu diary inilah yang menjadi teman curhatku semasa aku duduk di bangku SMP. Bersamanya aku damai dan tenang walauku tahu diary makhluk mati, dia tidak akan memberikan solusi padaku sedikitpun karena dia bisu. Namun, entah mengapa aku nyaman jika telah menuliskan apa yang ada di hati ini kepadanya.
            Aku mulai mengambil penaku dan membuka perlahan lembaran demi lembaran yang sudah banyak terisi, tetapi harus berhenti di tengah lembaran yang masih kosong hingga lembar terakhir kertas diaty tersebut.
“Terima kasih Tuhan atas segala apapun yang membuatku mampu bertahan hari ini. Yang membuatku mampu merasakan kedamaian di dalam duniaku ini. Tuhan aku mohon bantu aku untuk bisa membagi waktuku antara perkuliahanku dengan dunia tulisku. Tuhan dari aku kecil aku ingin menjadi seorang dosen matematika agar aku bisa menuangkan ilmuku pada mereka yang membutuhkanku dan semenjak aku SMP aku berkhayal untuk bisa menjadi seorang penulis terkenal hingga aku sibuk menuangkan tulisanku di diary dan memilih untuk menyebarkan karyaku melalui blog yang ku buat dengan harapan suatu saat aku bisa menyalurkan bakatku di sana dan menjadi penulis yang berguna bagi para fansku kelak. Hingga kini aku memutuskan suatu saat nanti aku akan menjadi sosok seorang dosen yang mampu berkarya di dunia tulisan. Tuhan aku tahu rencanaMu lebih indah dari yang aku bayangkan saat ini. Apapun yang terjadi untuk masa depanku nanti aku percaya aku akan bahagia,” tulisanku pun berhenti karena aku harus ke kampus menuntut ilmu
            Aku berharap setiap usaha dan doaku akan datang di kehidupanku ini. Aku juga percaya pada Tuhan kalau Dia akan memberi yang lebih indah lagi dari apa yang aku impikan di masa depanku untuk bisa menjadi dosen matematika yang juga berkarya di bidang karya tulis. Yang kelak akan mendapatkan banyak penghargaan dari para orang-orang yang ada di sekitarku nanti. Dan para fans yang selalu mendukungku hingga nafasku berhenti dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar