Kamis, 30 Maret 2017

Cerpen-Diary untuk Sang Jodoh



Diary untuk Sang Jodoh
            Kini aku telah menjalani usia yang ke-24 tahun, aku sedang menjalani S2 di Universitas Negeri impianku. Selama itu pula aku tetap menjaga pandanganku dan hatiku kepada lelaki yang bukan mahramku. Aku akan tetap menunggu pemilik tulang rusuk yang ada di dalam tubuhku ini. Tulang rusuk yang di amanahkan Allah agar tetap ku jaga karena dia merupakan jodoh dunia akhiratku.
            Ku lihat diary mungil yang terletak di atas mejaku. Diary yang khusus aku tuliskan dengan indahnya untuk sang kekasih halalku kelak. Ku raih diary itu dan mulailah aku menarikan penaku di atasnya.
Dear jodoh,,,,
Dimana pun kamu berada dan siapa pun kamu, aku selalu percaya kalau kamulah yang terbaik yang dikirimkan sang Rabb untukku. Sang kekasih yang tak tahu dimana keberadaannya, aku di sini masih menunggu kehadiranmu dan terus mendoakanmu agar segera menghalalkanku. Semoga Allah memberikan jalan terbaik untuk kita berdua.
            Buku diary yang awalnya lembaran itu kosong dan bersih. Kini telah ternodai dengan tinta-tinta penaku dengan rangkaian kata yang indah. Rangkaian kata indah yang ku tulis dengan penuh kasih sayang dan juga dengan penuh harapan ia juga akan menjaga pandangannya kepada wanita-wanita yang bukan mahramnya dan akan tetap berusaha serta berdoa agar segera menghalalkanku. Walaupun kami belumlah saling mengenal untuk saat ini. Namun, aku selalu percaya Allah akan mempertemukanku dengan dia yang baik dan juga dengan cara yang baik.
            Setelah selesai, aku pun segera pergi ke kampus. Dengan wajah yang tetap memancarkan semangat yang luar biasa dan berharap kalau semuanya akan berjalan dengan baik tanpa ada rasa kekecewaan ataupun penyesalan karena sesuatu yang akan terjadi nanti.
            Setiap kali aku berjalan melewati lorong demi lorong untuk menuju ruanganku, ada saja lelaki yang mengucapkan salam padaku dan menebarkan pesona mereka, tetapi aku akan tetap menjaga hati dan pandanganku. Namun, tak lupa untuk menjawab salam mereka karena mengucapkan salam hukumnya wajib. Sambil melangkah, hatiku seolah-olah berkata tanpa ada ku perintah untuk berbicara mengenai ini.
“Untukmu sang kekasih halalku kelak, aku mohon jagalah pandanganmu kepada siapapun wanita yang bukan mahrammu karena aku pun juga seperti itu. Tetaplah menunggu kehadiranku di waktu dan tempat yang telah Allah takdirkan untuk kita berdua,” kata hatiku
            Akhirnya, aku sampai di ruangan. Aku pun segera duduk di kursi paling depan agar aku dapat lebih mengerti pelajaran yang disampaikan dosenku nanti.
            Selain menjalani masa S2 ini, aku juga mengajar di sekolah SMA Negeri A. Di sana aku mendapatkan keluarga baru yang membuatku mampu berkarya dan membimbing mereka yang ku harap kelak mereka mampu menjadi insan pembangun bangsa yang berkarakter. Setiap sesampai rumah, aku selalu menyempatkan diri untuk menulis.
Dear Jodoh,,,
Aku masih disini, masih menunggumu bersama dengan doa yang selalu ku utarakan pada Allah untuk setiap kebaikan dan kelancaran untuk apapun yang kamu lakukan demi menghalalkanku. Semoga Allah mengiringi setiap langkahmu, ku harap kamulah jodoh dunia akhiratku. Aamiin
            Hari ini merupakan hari istimewa wanita terhebatku. Aku sudah mengumpulkan uang untuk membelikan kado terindah untuknya yaitu mukena yang terukir indah yang memang sudah aku rencanakan akan aku beli setelah uangku terkumpul. Dan aku juga sudah memesan kue yang indah nan lezat untuk bunda tercinta. Namun, semuanya hancur. Aku terjatuh tersandung batu kecil yang benar-benar membuatku merasa kecewa dan serasa kalau usahaku untuk mengumpulkan uang sia-sia. Kue yang telah di tanganku kini telah terjatuh dan mengenai mukena indah ibuku. Kue hancur dan mukena ternodai oleh mentega warna-warni kue.
            Aku pun menangis, tetapi seseorang memberikan sapu tangannya kepadaku. Namun, aku hanya menunduk tanpa melihat siapa dia. Ketika mendengar dia berkata, seolah aku mengenal suaranya dan hatiku berdetak dengan kencang saat ini.
“Ini ambil,” kata dia
            Aku pun mengangkat kepalaku dan memberanikan untuk melihatnya. Ternyata, dia adalah teman semasa S1 ku dulu. Teman yang selalu ada untukku dan sempat menyatakan cinta padaku hingga memintaku untuk menunggunya.
2 Tahun lalu
            Di sebuah taman, seseorang lelaki menghampiriku dan duduk di sebalahku. Seseorang yang selalu membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya.
“Ka,” katanya memulai membicaraan
“Iya,” jawabku dengan menundukan pandanganku
“Sebelum terlambat dan sebelum kita akan pergi meraih impian kita masing-masing, aku ingin berkata sesuatu kepadamu. Aku tidak bisa lagi memendam perasaan ini, perasaanku kepadamu. Aku tahu kalau kamu tidak akan mungkin mau menerima cintaku saat ini. Dan aku mohon tunggu aku hingga nanti telah Allah tentukan di saat yang tepat dengan waktu yang tepat pula. Aku mohon Rika. Aku janji akan menjemputmu di saat yang tepat,” kata Diki temanku
            Aku hanya menunduk mendengarnya berkata seperti itu. Perkataan yang membuatku ketakutan akan jatuh cinta kepada orang yang tidak tepat, aku takut kalau nanti aku tidak bisa menjaga pandanganku dan juga hatiku. Aku takut menyakiti perasaan jodohku kelak.
“Terserah kamu! Tetapi aku akan kembali Ka, untukmu. Aku pergi ya,” katanya yang pergi meninggalkanku tanpa membawa respont balasan dariku
            Masih teringat jelas akan kisah dua tahun lalu. Sudah hampir dua tahun itu pula, aku tak berjumpa dengannya dan selama itu pula aku tak ada berkomunikasi dengannya. Tetapi, atas seizin Allah, Dia mempertemukan kami di tempat ini.
“Rika, alhamdulillah. Akhirnya, Allah izinkan kita untuk bertemu lagi,” katanya dengan wajah bahagia
“Diki, bagaimana kabar kamu?,” tanyaku
“Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja. Kamu jugakan?”
            Aku hanya menunduk karena keadaanku saat ini lagi sedih. Melihat ekspresiku yang seperti itu. Diki pun merasa kebingungan.
“Ka, kamu kenapa?,” tanyanya
“Hari ini bundaku ulang tahun ki, tapi kuenya sudah hancur dan mukena yang ku belikan untuknya juga sudah kotor,” jelasku kepadanya
“Ya sudah kita beli lagi kuenya dan kalau masalah mukena, itukan bisa kita bersihkan,” katanya memberikan solusi kepadaku
“Dan masalahnya uang ku tidaklah cukup untuk membeli kue lagi”
“Kan ada aku”
“Tidak! Tidak!”
“Ka, aku mohon ambil ya! Kali ini saja ikuti keinginanku”
“Tapi ki”
“Ya sudah kalau nanti kamu sudah ada uang kamu ganti uang aku. Nah, pakai!,” katanya sambil memberika uang kepadaku
“Terima kasih ya,” sambungku dengan senyum
            Entah mengapa jantungku masih saja berdetak dengan kencang saat di dekatnya. Hal ini belum pernah aku rasakan kepada siapapun kecuali dia. Dia yang mampu membuatku nyaman dan tenang.
“Ya Allah, aku masih menunggu jodohku hingga detik ini dan berpacu dengan rangkaian doa di sujudku serta rangkaian kata di diaryku. Jika dia yang ada di sampingku ini adalah jodohku, aku mohon jadikan dia imam yang senantiasa menuntunku untu selalu menuju jalan-Mu Ya Rabb,” kataku dalam hati
Seiring dengan berjalannya waktu, esok aku akan di wisuda untuk meraih gelar M.Pd ku. Gelar yang ku harapkan akan hadir di belakang namaku dan esok akan menjadi kenyataan dalam hidupku. Aku sangat bahagia dan berharap orang tuaku juga bahagia karena putri mereka telah meraih pendidikannya dengan lancar karena doa yang tak pernah putus untukku. Di hari bahagia itu pula, seseorang membawa keluarganya untuk berjumpa dengan orang tuaku dengan alasan ingin melamarku. Aku sangat bahagia karena dia ingin menghalalkanku dan memberanikan diri untuk membawa orang tuanya dan bertemu dengan orang tuaku. Aku benar-benar terharu melihatnya dan merasa kagum dengan apa yang sudah dia lakukan di hari ini. Sungguh, ini takkan terlupakan.
            Dia yang melamarku adalah seseorang yang pernah  memintaku untuk menunggunya dan akan menjemputku di waktu yang tepat. Aku tidak percaya kalau dia akan membuktikan janjinya itu. Padahal, kejadian itu adalah 2 tahun silam.
            Kini aku dan dia telah menjadi sepasang kekasih halal. Dia yang senantiasa menuntunku menuju jalan yang diridhoi Allah. Di hari yang indah ini, aku pun mulai mengambil diary kecilku dan menulisnya dengan pena hitamku agar kejadian ini terukir indah di diary ini.
Dear diary
Hari ini aku telah menemukan dia, dia yang selalu aku ceritakan kepada Allah agar tetap menjaganya dan juga menuliskan tentang dia kepadamu diary. Kini dia telah menjadi suamiku. Suami yang senantiasa menuntunku menuju jalan-Nya. Aku bahagia, karena kini impianku jadi kenyataan. Setiap doa yang dia ucapkan selalu aku aamiinkan, shalat berjamaah dengan membentangkan sajadahku dan dia, membaca al-qur’an serta melakukan hal-hal baik bersamanya. Ya Rabb, aku mohon semoga hubungan kami ini akan tetap abadi hingga di surga-Mu nanti. Tetap jadikan dia imam untukku, bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat kelak!
 “Sayang, apa yang kamu tulis?,” tanyanya yang tiba-tiba telah ada di sampingku
“Dulu sebelum aku menemukanmu, aku selalu menuliskan tentangmu di diary ini. Aku selalu menunggumu dan berharap segera kamu jemput. Dan aku berjanji jika nanti aku dan kamu telah dipersatukan oleh Allah di saat yang tepat, aku akan menunjukan diary ini sama kamu, suamiku. Bacalah!,” kataku memberika diary ku kepadanya
            Dia pun membaca rangkaian kata yang aku tulis selama ini tentang bagaimana cara aku menunggunya dan harapanku tentangnya. Ketika dia membaca, aku menatapnya dalam-dalam dengan penuh rasa syukur karena Allah telah mengirimkanku sosok lelaki sebaik dia untuk menjadi imamku. Tanpa sadar, aku melihatnya meneteskan air mata ketika membaca lemaran demi lembaran diary itu. Aku pun menghapus tetesan air matanya. Dengan perasaan yang lembut, dia memelukku dengan erat seolah takut kehilanganku.
“Aku mencintaimu karena Allah, istriku. Tetaplah di sini! Temani hari-hariku untuk menuju jalan-Nya,” katanya tepat di telingaku
“Aku juga mencintaimu karena Allah, suamiku. Teruslah bimbing aku untuk meraih surga-Nya! Ajari aku untuk semakin dekat dengan-Nya!,” jawabku membalas perkataannya
            Kami pun sama-sama untuk terus berjalan menuju setiap hal yang diridhoi-Nya dan berharap kelak dialah pangeran syurgaku juga. Jodoh dunia akhiratku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar